Mary McLeod Bethune: Mendirikan sekolah bagi anak perempuan kulit hitam di AS.

Mary McLeod Bethune: Mendirikan sekolah bagi anak perempuan kulit hitam di AS.

Mary McLeod Bethune: Mendirikan sekolah bagi anak perempuan kulit hitam di AS.

Di tengah era segregasi rasial yang mengakar di Amerika Serikat, di mana kesempatan pendidikan bagi masyarakat kulit hitam—terutama perempuan—sangat terbatas, muncullah sosok Mary McLeod Bethune. Dengan visi yang tajam dan semangat yang tak kenal menyerah, ia tidak hanya bermimpi, tetapi juga mewujudkan pendirian institusi pendidikan yang akan memberdayakan ribuan anak perempuan kulit hitam, membuka jalan bagi masa depan yang lebih cerah dan setara.

Pionir Pendidikan dan Hak Sipil

Mary McLeod Bethune (1875-1955) adalah seorang pendidik, aktivis hak sipil, dan penasihat pemerintah yang lahir dari orang tua mantan budak di Mayesville, Carolina Selatan. Sejak kecil, ia menyadari kekuatan transformatif pendidikan. Ia adalah satu-satunya di antara 17 saudara kandungnya yang memiliki kesempatan untuk bersekolah, pengalaman yang membentuk keyakinannya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membebaskan masyarakat dari kemiskinan dan diskriminasi.

Di Tengah Kegelapan Jim Crow: Kebutuhan Mendesak akan Pendidikan

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, undang-undang Jim Crow diberlakukan di seluruh negara bagian selatan Amerika, secara legal melegitimasi segregasi rasial. Sekolah-sekolah untuk anak kulit hitam seringkali kekurangan dana, fasilitas yang buruk, dan materi pelajaran yang usang. Peluang bagi anak perempuan kulit hitam bahkan lebih terbatas, seringkali hanya ditekankan pada pekerjaan rumah tangga dan pertanian. Bethune menyaksikan langsung bagaimana kurangnya akses terhadap pendidikan yang berkualitas membatasi potensi seluruh generasi.

Visi yang Melampaui Batas: Memberdayakan Melalui Pengetahuan

Bethune memahami bahwa pendidikan bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi juga tentang membangun karakter, menanamkan martabat, dan memberikan keterampilan praktis untuk bertahan hidup dan berkembang. Ia percaya bahwa perempuan kulit hitam, yang seringkali menjadi tulang punggung keluarga dan komunitas, adalah kunci untuk mengangkat seluruh masyarakat. Oleh karena itu, ia memiliki visi untuk mendirikan sekolah yang akan memberikan pendidikan holistik, mempersiapkan gadis-gadis muda tidak hanya untuk pekerjaan rumah tangga, tetapi juga untuk kepemimpinan dan pelayanan masyarakat.

Lahirnya Sebuah Harapan: Daytona Normal and Industrial Institute

Pada tahun 1904, dengan hanya $1.50 di sakunya, Bethune tiba di Daytona Beach, Florida. Dengan keyakinan yang teguh, ia menyewa sebuah pondok bobrok seharga $11 sebulan dan menggunakan peti dan bangku bekas sebagai perabot. Ia memulai sekolahnya, yang awalnya bernama Daytona Normal and Industrial Institute for Negro Girls, dengan lima murid perempuan dan putranya sendiri, Albert. Tantangan sangat besar; uang untuk gaji guru, makanan, dan bahan bakar hampir tidak ada. Namun, kegigihan Bethune tak tergoyahkan. Ia berkeliling, menjual kue ubi jalar yang ia panggang sendiri, meminta sumbangan dari penduduk setempat, dan bahkan meminta barang-barang bekas yang tidak terpakai dari hotel-hotel di daerah tersebut.

Kurikulum sekolah dirancang untuk menjadi komprehensif. Selain mata pelajaran akademik seperti matematika, sains, sejarah, dan sastra, Bethune juga menekankan keterampilan kejuruan. Gadis-gadis itu belajar menjahit, memasak, mencuci, membuat topi, dan bahkan pertanian. Tujuannya adalah untuk memberikan mereka keterampilan yang dibutuhkan untuk mandiri secara ekonomi, sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri. Motto Bethune, “Enter to learn, depart to serve,” mencerminkan filosofi pendidikannya yang berfokus pada pengembangan individu untuk kebaikan komunitas yang lebih besar.

Dari Sekolah Kecil Menjadi Universitas Terkemuka

Di bawah kepemimpinan Bethune, Daytona Normal and Industrial Institute berkembang pesat. Jumlah siswa bertambah, dan ia berhasil mengumpulkan dana untuk membangun gedung-gedung baru. Pada tahun 1923, sekolahnya bergabung dengan Cookman Institute yang didirikan oleh pria kulit hitam di Jacksonville, Florida, untuk membentuk Bethune-Cookman College (sekarang Bethune-Cookman University). Penyatuan ini menandai tonggak penting dalam pendidikan tinggi bagi masyarakat kulit hitam di Amerika Serikat, menciptakan institusi yang kuat dan berpengaruh yang terus berlanjut hingga saat ini.

Lebih dari Sekadar Pendidik: Pejuang Hak Asasi Manusia

Dampak Mary McLeod Bethune melampaui bidang pendidikan. Ia adalah suara yang kuat untuk hak-hak sipil, hak-hak perempuan, dan kesempatan bagi semua orang. Ia mendirikan Dewan Nasional Perempuan Negro (National Council of Negro Women) pada tahun 1935, sebuah organisasi yang bertujuan untuk menyatukan kelompok-kelompok perempuan kulit hitam untuk advokasi politik dan sosial. Selama masa kepresidenan Franklin D. Roosevelt, Bethune menjabat sebagai penasihat, menjadi anggota “Kabinet Hitam” tidak resmi dan direktur Divisi Urusan Negro di Administrasi Pemuda Nasional. Dalam peran ini, ia berjuang untuk memastikan kesetaraan dalam program-program federal dan menjadi suara penting bagi masyarakat kulit hitam di Washington D.C.

Warisan Abadi Mary McLeod Bethune

Mary McLeod Bethune meninggal pada tahun 1955, tetapi warisannya tetap hidup. Ia adalah simbol kegigihan, visi, dan keyakinan pada kekuatan pendidikan. Dari sebuah gubuk bobrok dan $1.50, ia membangun sebuah institusi pendidikan yang memberikan kesempatan dan harapan bagi ribuan orang. Kehidupannya adalah bukti bahwa dengan tekad yang kuat, seseorang dapat mengubah dunia, bahkan di tengah-tengah tantangan yang paling berat. Mary McLeod Bethune tidak hanya mendirikan sekolah; ia membangun masa depan bagi banyak anak perempuan kulit hitam, memastikan bahwa suara mereka didengar dan potensi mereka diakui.

Komentar (0)

Silakan login terlebih dahulu untuk menulis komentar.

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Promo
mari buat perangkat pembelajaran Anda dengan 200 poin gratis.